Selasa, 09 Mei 2017

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI SEKOLAH DASAR




PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI SEKOLAH DASAR


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahasa Indonesia SD
Dosen pengampu: Dr. Murtono, M.Pd.


 








Disusun oleh:

1.      Nanik Istika Wati                    (2015-03-006)
2.      Moh. Rohmad  Said                (2015-03-014)
3.      Agus Triono                            (2015-03-008)
                                                               

PROGDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2017

DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN.......................................................................................        i
DAFTAR ISI................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................        1
A.    Latar Belakang ..................................................................................        1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................        1
C.     Tujuan ................................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................        3
A.    Ketrampilan Menulis (Writing Skills) .................................................        3
1.      Pengertian Ketrampilan Menulis..................................................        3
2.      Tujuan Ketrampilan Menulis .......................................................        5
3.      Menulis sebagai Proses ................................................................        6
4.      Pendekatan dalam Menulis .........................................................        7
5.      Korelasi Menulis dengan Ketrampilan Berbahasa
yang Lain .....................................................................................        9
B.     Macam-macam Menulis .....................................................................        12
C.     Tes Kemampuan Menulis ..................................................................        20
1.      Menulis sebagai Tugas Pragmatis ................................................        20
2.      Bentuk-bentuk Tugas Kemampuan Menulis ...............................        20
3.      Tingkat Tes Kemampuan Menulis ...............................................        22
4.      Kendala dalam Menulis ...............................................................        22
D.    Pengembangan Pelaksanaan Pembelajaran Menulis
Permulaan ..........................................................................................        24
1.      Pelaksanaan Pembelajaran Menulis di Kelas Satu .......................        24
2.      Pelaksanaan Pembelajaran Menulis di Kelas
Dua dan Tiga ...............................................................................        26
E.     Pengembangan Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Lanjut ..............        28
1.      Kegiatan Menulis Berdasarkan Rangsangan Visual ....................        28
2.      Kegiatan Menulis Berdasarkan Rangsangan Suara .....................        29
3.      Kegiatan Menulis dengan Rangsangan Buku .............................        29
4.      Kegiatan Menulis Laporan ..........................................................        29
5.      Kegiatan Menulis Surat ...............................................................        29
6.      Menulis Berdasarkan Tema Tertentu ...........................................        29
7.      Menulis Karangan Bebas .............................................................        30
F.      Perkembangan Tulisan Siswa Sekolah Dasar ....................................        30
1.      Perkembangan Tulisan Siswa Kelas Rendah ...............................        32
2.      Perkembangan Tulisan Siswa Kelas Tinggi .................................        34
3.      Fungsi dan Tulisan Siswa ............................................................        35
4.      Perkembangan Tulisan Siswa Berdasarkan Tahapan
Proses Menulis .............................................................................        36
BAB III PENUTUP ....................................................................................        39
A.    Kesimpulan ......................................................................................        39
B.     Implikasi ...........................................................................................        39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................        40







 



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kegiatan menulis merupakan salah satu aspek ketrampilan berbahasa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan misal dalam bentuk fiksi maupun nonfiksi. Perlu diperhatikan juga bahwa model pembinaan ketrampilan menulis di Sekolah Dasar disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia, psikologi, dan kategori/ tingkat kemampuan menulis para siswa. Karena, secara universal di Sekolah Dasar sebagai penulis pemula mengandalkan kemampuan berpikir yang sederhana sehingga dalam menulis memerlukan teknik khusus. Kegiatan menulis juga dapat diartikan sebagai rangkaian proses berpikir. Proses berpikir berkaitan erat dengan kegiatan penalaran. Penalaran yang baik dapat menghasilkan tulisan yang baik pula.
Agar siswa mempunyai pemahaman dan ketrampilan menulis, diperlukan suatu perencanaan pembelajaran menulis yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif. Untuk dapat melakssiswaan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan merencsiswaan dan melakssiswaan pembelajaran menulis secara tepat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah  ketrampilan menulis itu?
2.      Ada berapakah macam-macam dalam  menulis?
3.      Bagaimanakah tes kemampuan menulis?
4.      Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di SD?
5.      Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis lanjut?
6.      Bagaimanakah perkembangan tulisan siswa sekolah dasar?

C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, diharapkan pembaca mampu mengetahui:
1.      Ketrampilan menulis.
2.      Macam-macam dalam  menulis.
3.      Tes kemampuan menulis.
4.      Pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di SD.
5.      Pelaksanaan pembelajaran menulis lanjut.
6.      Perkembangan tulisan siswa sekolah dasar.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ketrampilan Menulis (Writing Skills)
Komunikasi merupakan suatu pengiriman dan penerimaan pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu, bila manusia berinteraksi. Ragam bahasa ada beberapa media, senada dengam ungkapan Tarigan (1982: 17) yang menyatakan bahwa “proses komunikasi melalui tiga media yaitu visual atau nonverbal, oral atau lisan, dan written atau menulis”. Selain media ragam bahasa yang bervariasi. Ragam bahasa juga memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Hal ini termuat dalam pendapat Wahyudi (2011: 75) yaitu “aspek komunikator (orang yang mengirim pesan atau penyandi), pesan (berupa lambang-lambang atau simbols), saluran (media tau perantara), dan audience (pendengar). Bagi seorang pendidik, Hal ini harus benar-benar diperhatikan karena akan menjadi tindak lanjut berbahasa dalam pembelajaran.
Kemajuan suatu negara salah satunya dapat dilihat dari maju atau tidaknya komunikasi tugas bangsa tersebut. Maju atau tidaknya komunikasi tulis dapat dilihat dari kualitas hasil percetakan yang terdapat pada negara tersebut. Contonya: surat kabar, majalah, jurnal, bulletin, dan buku-buku baik fiksi maupun non fiksi. Bagi seorang terpelajar menggunakan tulisan sebagai sarana untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain. Tujuan tersebut tercapai apabila ia dapat menulis secara baik, memiliki pikiran yang jelas, mengutarakan dengan jelas, mudah, mengorganisasi dengan sistematis, menggunakan kata dan kalimat yang cermat.
1.      Pengertian Ketrampilan Menulis
Abdulrahman, dkk (2000) menjelaskan bahwa “menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan menggunakan bahasa tulis untuk keperluan komunikasi untuk menyampaikan pesan tertentu”. Hal ini juga diperkuat oleh Wahyudi (2011: 76) mengungkapkan bahwa “menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat menyampaikan makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan bahasa”. Sedangkan Hadiyanto (2001: 9-10), mengemukakan bahwa menulis merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang penulis untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikirannya secara jelas dan efektif, kepada pembaca. Hal ini juga diperjelas oleh Suparno (2005: 3), berpendapat bahwa menulis dapat didefinikasi sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dengan demikian menulis dapat dimaknai sebagai representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Prinsip utama dari tulisan yaitu sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis ialah suatu kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang-lambang grafik untuk menyampaikan ide atau gagasan yang berbentuk tulisan yang dapat dimengerti oleh orang lain. Bagi seorang penulis yang handal ialah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang dimaksud meliputi maksud dan tujuan penulis, pembaca, waktu atau keadaan. Wahyudi (2011: 76-77) memaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan bagi para penulis yaitu:
1)      Berapa usia pembaca?
2)      Jenis kelamin pembaca.
3)      Dimana tempat tinggal pembaca?
4)      Apa latar belakang pendidikan pembaca?
5)      Minat sosial pembaca.
6)      Bagaimana keyakinan pembaca?
7)      Agama pembaca.
8)      Apa minat budaya pembaca?
9)      Apa pekerjaan pembaca?
10)  Apa kegemaran pembaca?
11)  Apa yang belum jelas dari pembaca?
Banyak manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan menulis, salah satunya yaitu menuangkan gagasan dan ide-ide ke dalam tulisan sehingga penulis dapat mengkomunikasikan idenya menjadi sebuah tulisan. Dengan menulis, ide-ide dan pemikiran seseorang akan menyebar luas dan dapat dipelajari lagi jika dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Akhadiah, dkk (2007: 2) menyatakan manfaat menulis yaitu “menulis juga akan membiasakan kita untuk berpikir dan berbahasa secara tertib”. Selain itu banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis, yaitu kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Melalui kegiatan menulis kita dapat mencari serta mengusai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. Manfaat utama menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
2.      Tujuan Ketrampilan Menulis
Setiap tulisan memiliki tujuan, beberapa tujuan yang dikandung oleh tulisan meliputi:
1)      Memberitahu atau mengajar.
2)      Meyakinkan atau mendesak.
3)      Menghibur atau membahagiakan.
4)      Mengutarakan perasaan dan emosi yang berapi-api (Wahyudi, 2011: 77).
Dalam mengembangkan menulis diperlukan kemampuan. Maka salah satu jalan yang bisa ditempuh yang telah dipaparkan oleh Akhadiah (2008: 2) yaitu “dengan latihan yang sungguh-sungguh, kemampuan itu dapat dimiliki siapa saja”. Karena kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan ketrampilan. Maka latihan secara terus-menerus perlu dilakukan bagi para penulis.
Senada dengan hal tersebut Tarigan (2008: 24) mengklasifikasikan tujuan tulisan ada beberapa macam yaitu:
1)      Assignment purpose (tujuan penugasan).
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak memiliki tujuan sama sekali. Penulis menulis karena ditugasi, bukan untuk kemauan sendiri. Misal: siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugasi membuat laporan, notulen rapat.
2)      Altruistic purpose (tujuan altruistik)
Tujuan penulisan yang menyenangkan para pembaca, menjauhi kedukaan pembaca, ingin menolong pembaca memahami menghargai perasaan. Tujuan ini kunciketerbacaan suatu tulisan.
3)      Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tujuan menyakinkan pembaca terhadap kebenaran yang diutarakan.
4)      Informational purpose (tujuan informasional)
Tujuan tulisan memberikan informasi atau keterangan kepada pembaca.
5)      Self expresive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tujuan tulisan yang memperkenalkan atau menyatakan diri sang penulis kepada pembaca.
6)      Creative purpose (tujuan kreatif)
Tujuan yang berhubungan dengan keinginan kreatif, melibatkan diri penulis dengan norma artistic (seni ideal). Nilai artistic dan kesenian dituju oleh tulisan ini.
7)      problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
permasalahan dihadapi oleh penulis. Penulis menghadapi masalah yang harus diselesaikan, tulisan ini dibuat melalui penelitian, kedalaman pikiran, dan simpulan sebagai solusi masalah yang dihadapi.

3.      Menulis sebagai Proses
Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar. Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya pun perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak Sekolah Dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di SD perlu mendapat perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target kemampuan menulis yang diharapkan.
Agar siswa memiliki pemahaman dan ketrampilan menulis, diperlukan suatu perencanaan pembelajaran menulis yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran menulis di SD, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran menulis secara tepat. Dengan demikian, seorang guru harus memiliki pemahaman berkaitan dengan pendekatan pembelajaran menulis, cara mengembangkan kemampuan menulis siswa, dan perkembangan tulisan siswa.
Dalman (2008: 3) menyatakan maksud dari menulis sebagai proses yaitu “sebuah proses menerjemahkan angan-angan atau pikiran kita dalam bentuk simbol atau lambang yang dapat dimengerti orang lain”. Dalam prosesnya menulis memerlukan kecerdasan dalam merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat agar mudah dipahami. Boleh dikatakan menulis itu membutuhkan kecerdasan otak untuk berfikir kreatif.
Dalam menulis paling tidak membutuhkan empat unsur yang terlibat, pendapat ini telah diperkuat oleh Dalman (2008: 4) yaitu” (1) penulis, atau orang yang melakukan kegiatan tulis (2) pesan atau isi tulisan (3) media dan (4) pembagai sebagai penerima pesan”.
4.      Pendekatan dalam Menulis
Ada beberapa pendekatan yang harus diperhatikan dalam menulis, yaitu pendekatan proses, pendekatan produk dan pendekatan berbasis genre. Hal ini diperkuat oleh Zainurrahman (2013: 8-32) yang memaparkan bahwa pendekatan tersebut memiliki pengertian:
a)      Pendekatan Proses
Pendekatan proses pada dasarnya menekankan proses bagaimana yang dialami penulis secara nyata. Adapaun menulis pasti melalui tahapan-tahapan tertentu guna menciptakan suatu tulisan. Dengan kata lain pendekatan ini menerangkan  proses penulis menciptakan tulisannya yang mana tulisannya tidak bersifat linier melainkan rekrusif. Rekrusif berpengertian proses meniscayakan adanya perulangan dibeberapa bagian. Dengan proses ini penulis akan mereview kembali tulisannya serta menutupi kesalahan dan kekurangan yang ada.
b)      Pendekatan Produk
Pendekatan produk menekankan aspek mekanika dari menulis, seperti fokus pada tata bahasa dan struktur kata, serta peniruan model. Pendekatan ini memberikan tekanan lebih terhadap bentuk dan tulisan yang kita tulis. Sehingga, jika penulis dalam menulis hanya memperhatikan bentuk dan kesesuaian yang sifatnya “bentuk” atau hanya memperdulikan format, maka penulis tersebut sedang menggunakan pendekatan produk.
c)      Pendekatan berbasis genre (genre oriented writing approach)
Istilah genre memiliki arti tulisan atau text type. Dalam perkembangannnya tulisan bukanlah hanya sekedar format tulisan namun lebih luas adalah penekanannya pada aspek yang lain baik berupa soisal maupun penggunaan bahasa. Pendekatan genre adalah kegiatan menulis sebagai sebuah bentuk respon terhadap kondisi sosial sehingga terdapat pandangan bahwa menulis bukan lagi sebuah proses ekspresif tetapi juga proses sosial. Yang  dimaksud dalam persoalan tersebut adalah tulisan tidak adanya sebuah simbol yang tercatat pada sebuah alat namun tulisan juga dapat memiliki arti dan efek yang kuat bagi pembacanya. Setiap genre memiliki fungsi sosial yang berbeda yang akar dari penulisan ini adalah disesuaikan dengan kompleksitas  sosial, persoalan yang timbul, dan kebutuhan masyarakat.
Rekursif dalam pendekatan produk, hal yang sangat penting adalah respon dan revisi. Atau lebih dikenal dengan istilah feedback dan revision. Zainurrahman (2013) menyatakan bahwa “langkah-langkah pendekatan proses melalui rekrusif ada tiga langkah yaitu perencanaan, tulis dan revisi atau (planning, writing dan revision. Dalam hal ini perlu adanya penjamabaran langkah-langkah yang dimaksud:
1)      Planning atau perencanaan
Dalam hal ini apa saja yang perlu dipersiapkan dalam menulis yaitu:
a.       Membuat kerangka ide, sebelum membuat tulisan kita akan memikirkan ide atau gaagasan yang ingin ditulis. Gagasan tersebut dituangkan dalam sebuah tulisan sebagai modal awal untuk mengembangkan sebuah tulisan.
b.      Mempertimbangkan pembaca, dalam kegiatan menulis pembaca perlu diperhatikan  karena tujuan kita menulis akan diperuntukkan kepada siapa. Dengan kata lain tulisan kitapun harus disesuiakan dengan pembaca. Contoh saja tulisan kita apabila diperuntukkan kepada kalangan anak berbeda bahasa apabila diperuntukkan untuk remaja, begitu juga sebaliknya bahasa tulisan remaja juga akan berbeda jika bahasa tulisan itu digunakan untuk orang dewasa. Pertimbangan lain dalam menulis adalah penggunaan bahasa pada tulisan, tulisan untuk penelitian ilmiah berbeda dengan tulisan pada novel.
c.       Memepertimbangkan konteks. Dalam menulis juga memperhatikan konteks yang ada. Dalam hal ini ada dua konteks tulisan yaitu, formal dan non formal. Tulisan formal diperuntukkan bagi dunia akademik isi kontenpun harus disesuiakan dengan aturan yang berlaku seperti pembuatan karya tulis ilmiah. Yang kedua adalah non formal ini biasanya lebih bersifat tidak resmi misalkan memo.
2)      Menulis
Setelah melakukan perencanaan tahap selanjutnya dalah menulis. Untuk memudahkan menulis biasanya penulis akan membuat sebuah kerangka karangan yang tujuannya memudahkan untuk menuangkan gagasan yang ada dalam sebuah tulisan. Fokus, konsisten, pengembangan ide perlu diperhatikan agar sebuah tulisan menjadi padu dan menarik.
3)      Revisi
Revisi dilakukan untuk menyempurnakan sebuah tulisan. Proses yang pertama yang dilkukan seorang penulis untuk merevisi tulisannya adalah dengan membaca ulang tulisan tersebut. Tahapannya meliputi mengambil jarak tulisan ini dimaksudkan agar penulis “melupakan” sejenak bahwa tulisan tersebut adalah tulisannya. Tahapan selanjutnya adalah daftar revisi ini adalah hal yang penting yang harus dipertimbangkan oleh seorang penulis dalam merevisi tulisannya.
Demikianlah beberapa pendekatan dalam menulis. Pendekatan ini harus di eksplor lebih mendalam. Agar nantinya terlahir suatu karya yang berupa tulisan berkualitas serta bermanfaat bagi khalyak umum.
5.      Korelasi Menulis dengan Ketrampilan Berbahasa yang Lain
Kita mengetahui bahwa menulis tidak bisa berdiri sendiri, ada kaitan antara menulis dengan ketrampilan bahasa yang lain. Komponen kebahasaan itu saling berkaitan. Hal ini dinyatakan oleh Dalman (2008: 8-11) yang meliputi:
a)      Hubungan menulis dengan Membaca
Menulis dan mebaca merupakan suatu kegiatan yang terkait satu dengan yang lain. Jika menulis bersifat produktif maka membaca bersifat reseptif. Dengan kata lain seorang yang menulis akan menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan sedangkan pembaca akan mengartikan atau memahami gagasan atau tulisan tersebut.
b)      Hubungan menulis dengan menyimak
Untuk memndapatkan ide, gagasan pikiran seorang penulis akan mencari informasi dari berbagai media dengan cara menyimak baik secara visual maupun auditori. Melalui kegiatan menyimak maka penulis akan memperoleh idea tau informasi yang selanjutnya akan di tuangkan dalam sebuah tulisan.
c)      Hubungan menulis dengan berbicara
Menulis dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat langsung. Perbedaan antara kedua ragam tersebut adalah: pertama, berkaitan dengan  suasana  berbahasa. Kedua, perbedaan terletak pada unsur-unsur non verbal. Dan ketiga, perbedaanya adalah sajian ide atau gagasan.
Sedangkan mengenai batasan, fungsi dan tujuan menulis yang dipaparkan oleh Tarigan (2008: 22-26) yang meliputi:
a)      Batasan
Batasan-batasan yang perlu diperhatikan dalam menulis adalah:
1.      Tulisan yang bertujuan untuk mengajar atau meberitahukan disebut wacana informative ( informative discourse)
2.      Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana pesuasif ( persuasive discourse)
3.      Tulisan yang bertujuan untuk menyenangkan atau menghibur atau yang mengandung estetik disebut tulisan literer ( literary discourse)
4.      Tulisan yang mengekspreskan perasaan dan emosi yang kuat disebut wacana ekspresif (ekspresive discourse)
b)      Fungsi tulisan pada prinsipnya menulis berfungsi sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Dalam pendidikan fungsi dari menulis adalah untuk berfikir dan menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Tulisan dapat pula membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita. Menulis  adalah bentuk lain dari berfikir disaat tertentu dan bacaan tertentu.
c)      Tujuan menulis
1.      Tujuan penugasan (Assigment Purpose) sebagai penugasan tidak mempunyai tujuan sama sekali. Ini sebagai tugas yang diberikan guru kepada siswa.
2.      Tujuan altruistic (Altruistic Purpose)  tujuan ini menyenangkan pembacanya. Tujuan dari altruistic adalah keterbacaan sesuatu tulisan.
3.      Tujuan pesuasif (persuasive purpose)  bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
Keterampilan menulis terkait dengan keterampilan berbahasa lainnya. Menulis berkaitan dengan kegiatan membaca, bahkan dengan kegiatan berbicara dan menyimak. Kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang serempak dan mempunyai hubungan yang saling mendukung. Menulis merupakan suatu cara untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan. Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan bentuk tulisan atau topik yang akan ditulis, maka diperlukan kegiatan membaca.
Pada saat proses menulis berlangsung, siswa melakukan kegiatan membaca sebagai kegiatan dari latihan menulis. Untuk menguji kemampuan membacanya siswa melakukan kegiatan menuliskan kembali isi teks yang telah dibacanya. Misalnya, setelah membaca sebuah cerita, untuk mengungkapkan kembali hasil pemahamannya tentang struktur cerita siswa melakukan kegiatan menuliskan kembali struktur cerita yang telah dipahaminya tersebut. Pada saat yang sama, yakni saat proses menulis berlangsung, siswa juga melakukan kegiatan membaca untuk mengetahui kebermaknaan dari topik yang telah ditulisnya. Pada saat membaca cerita, siswa merekonstruksi gagasan-gagasan dan makna yang termuat dalam bacaan berkaitan dengan struktur cerita dan penggarapannya.
Berdasarkan hasil rekonstrukssi makna ini, siswa melakukan kegiatan writing melalui kegiatan menulis ceritadengan penggarapan struktur secara tepat. Dari hasil tulisan siswa dapat dilihat bentuk keseluruhan pemahaman siswa berkaitan dengan isi bacaan, dalam hal ini penggarapan struktur cerita. Pada saat membaca cerita tadi, siswa berpikir secara kritis dan kreatif, melihat dan membandingkan realita dengan skemata dan realitas lain yang teramatinya sehingga membentuk hasil pengamatan dan melahirkan pengertian baru.
Membaca merupakan proses yang konstruktif dan proses problem solving. Praduga dan prediksi pembaca berkaitan dengan teks yang telah dibaca melalui kegiatan problem solving. Perolehan pengetahuan ini digunakan sebagai bekal untuk melakukan kegiatan menulis. Dalam proses tersebut pembaca mengurai kode tertulis untuk memperoleh makna. Pembaca melakukan proses interaktif dengan teks yang diarahkan oleh pengetahuan (skemata) dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Skemata dalam hal ini adalah suatu rangkaian ide/ konsep yang tersusun dalam sebuah kerangka untuk memahami sebuah informasi barau. Bila pembaca mengetahui kerangka tersebut, maka berbagai informasi yang datang langsung dapat disusun, dipahami, dan disimpan dalam ingatan untuk kemudian dipergunakan kembali pada waktu diperlukan.
Dengan demikian, pembelajaran menulis juga sebaiknya dilakukan secara integratif melalui pemaduan keterampilan berbahasa lainnya, misalnya membaca. Pada saat membaca dan merekonstruksi makna dari bacaan, kemampuan intelektual dan emosional siswa dilibatkan secara aktif. Membimbing siswa untuk mengartikulasikan proses berpikirnya saat mereka membaca akan membantu mereka menilai pemahamannya. Membaca selama kegiatan proses menulis berlangsung secara tidak langsung memberikan pengaruh pada produk tulisan siswa. Pengembangan komposisi dalam menulis tidak dapat dikembangkan dalam menulis saja, tetapi menuntut aktivitas membaca dan kegemaran membaca.
B.     Macam-macam Menulis
Menulis tidak hanya sebuah simbol namun menulis dapat pula dianggap sebagai menuangkan gagsan dalam sebuah tulisan. Dalam perkembangannya tulisan tidak hanya berupa simbol namun tulisan juga dapat diartikan sebuah tugas, sebuah pendapat, sebuah informasi maupun sebuah ungkapan perasaan. Dalam hal ini macam-macam tulisan dapat digolongkan kedalam dua bentuk.
Hal ini diperkuat oleh Wahyudi (2011: 79) yang mengklasifikasikan tulisan menjadi dua bentuk yaitu:
1)      Bentuk obyektif
Meliputi penjelasan rinci tentang proses, batasan, laporan dan dokumen. Sedangkan bentuk eksposisi meliputi definisi dan analisis, deskripsi meliputi deskripsi ekspositori dan eksposisi literer. Serta narasi meliputi urutan waktu, motif, konflik, titik pandang, dan pusat minat. Dan argumentasi meliputi induksi dan deduksi.
2)      Bentuk subyektif
Meliputi otobiografi, surat menyurat, penilaian pribadi, esei informal, potret atau gambaran.
Secara umum macam-macam menulis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1)      Menulis karya ilmiah pupuler
Pengertian karya ilmiah popular adalah semacam karangan ilmiah yang mencakup ciri-ciri karangan ilmiah, yaitu menyajikan fakta-fakta secara cermat, jujur, netral, dan sistematis sedangkan pemapaannya ringkas, singkat dan jelas. Adapaun ciri-cirinya adalah disertai data nyata bukan khayalan atau pendapat pribadi dan ciri yang kedua adalah disajikan dengan bentuk ilmiah, obyektif atau apa adanya, menggunakan bahasa baku, lugas dan jelas serta tidak bermakna ambigu. Manfaat menulis karya ilmiah yang dipaparkan oleh Dalman, 2016 meliputi:
1.      Penulis dapat terlatih mengembangkan ketrampilan membaca.
2.      Penulis dapat terlatih dalam menggambungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil intinya dan mengembangkannya.
3.      Penulis dapat berkenalana dengan kegiatan perpustakaan. Penulis dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengorganisisasi dan menyajikan data dan fakta.
4.      Penulis dapat memperoleh cakrawala pengetahuan.
5.      Penulis dapat mengungkapkan ide dan
6.      Sebagai sarana peluapan emosi.
2)      Menulis artikel untuk jurnal
Artikel adalah sebuah karya tulis yang ditulis berdasarkan hasil penelitian. Artikel dapat diartikan sebagai sebuah gagasan yang berasal dari penelitian atau hasil pemikiran yang dimuat dalam jurnal ilmiah atau media massa untuk memberi tahu kepada khlayak ramai. Jenis- jenis artikel yaitu:
a.       artikel praktik
b.      artikel ringan
c.       artikel halaman opini dan
d.      artikel analisis ahli
Sedangkan langkah-langkah dalam menyusun artikel adalah mencari ide menentukan topik dan menetapkan judul. Sedangkan unsur-unsur pokok yang ada dalam sebuah artikel adalah:
a.       Judul artikel
Judul adalah hal yang penting dalam artikel, judul dianggap sebagai pintu awal untuk memasuki jurnal. Judul yang baik akan membuat pembaca menarik atau beringinan untuk membacanya. Disamping itu judul juga meberikan pandangan dasar tantang variable-variabel yang akan dibahas adalam jurnal. Untuk judul yang baik adalah tidak lebih dari 14 kata.
b.      Nama penulis
Nama penulis dalam artikel biasanya tanpa gelar namun ada juga yang mencantumkan gelar ini disesuaikan dengan jurnal yang ingin diterbitkan. Namun biasanya gelar  atau lembaga yang ingin ditulis ditempatkan pada catatan kaki. Ini juga disesuaikan dengan gaya selingkung masing-masing jurnal.
c.       Abstrak
Abstrak adalah gambaran singkat dari ringkasan tentang penelitian yaitu, masalah, tujuan, metode dan hasil. Biasanya  kata dalam abstark yang ada batasan jumlah penggunaan kata dalam penulisannya. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dalam dan dengen format yang lebih sempit dari teks.

d.      Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul tapi ada yang sebgian tereksplisit menuliskannya. Pada bagian penadahuluan berisi permasalahan penelitian, tujuan penulisan, memuat ringkasan, kajian teori, pemecahan masalah, dan hipotesis.
e.       Pembahasan
Dalam pembahasan ini terdapat cara yang ingin dilakukan penulis untuk  memecahkan  masalah, media, metode yang digunakan dalam menulis dan hasil yang telah dilakukan seorang peneliti. Ini disusun secara sistematis dan menyajikan pokok-pokok sebuah penelitian atau dibilang ringkasan penelitian. Penelitian juga untuk memunculkan sebuah teori dari penelitian.
f.       Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saran, pembahasan  menyajikan ringkasan tulisan dari hasil penelitian dan pembahasannya. Sedangkan saran, masukan yang ingin diharapkan seorang peneliti untuk meningkatkan penelitian lebih lanjut.
g.      Daftar rujukan
Bagian akhir dalam sebuah artikel adalah daftra rujukan. Daftar ini memuat rujukan yang dimuat dalam sebuah artikel. Daftar rujukan ini dapat dikutip dari buku ataupun pendapat lain misalkan dari jurnal. Semua rujukan yang ada dalam artikel harus dicantumkan dalam  daftar ini bertujuan untuk menghindari pengutipan yang tidak sah atau plagiarisme.
1)      Menulis makalah
Dalman (2008) menyatakan pengertian makalah yaitu karya tulis yang memuat pikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut dsertai dengan dengan analisis yang logis dan obyektif”. Adapun format penulisan makalah adalah sebagi berikut :
a.       Bagian awal makalah
Bagian ini berisi tentang judul, nama, lembaga. Apabila makalah ini sebagai tugas kuliah maka nama dosen dan  daftar isi juga  dicantumkan.
b.      Bagian inti makalah
Bagian ini dikembangkan dari tiga hal yaitu: (1) pendahuluan, biasanya memuat latar belakang masalah penulisan makalah, topik yang diangkat, dan tujuan penulisan makalah; (2) pembahasan, berisi tentang uraian adan analisis mengenai topik yang dibahas. Bagian ini kajian teori yang disertai dengn fakta-fakta empiris; (3) penutup, berisi kesimpulan dan saran.
c.       Bagian akhir makalah
Bagian ini berisi daftar rujukan yang ada baik dari buku maupun dari sumber  internet. Adapaun ciri-ciri makalah yang baik adalah akurat dan menyeluruh (Comprehensive), sumber informasi yang baik, seimbang, kreatif, sistematis, dan tertata dengan baik.
4)      Menulis abstrak
Abstrak biasanya terdapat dalam penulisan karya ilmiah baik itu yang dipubkikasikan maupun yang tidak. Abstak adalah gambaran singkat tentang sebuah penelitian yang disertai dengan kata kunci untuk memudahkan pembaca mengidentifikasinya. Dalman (2008) menyatakan pengertian abstrak yaitu “suatu bentuk ringkasan yang jelas mengenai isi sebuah karangan ilmiah yang disertai dengan kata kunci agar memudahkan pembaca untuk mengetahui gambaran umum isi yang terkandung dalam tulisan tersebut, sehingga pembaca dapat menentukan apakah tulisan tersebut sesuai dengan kebutuhan pembacanya atau tidak”.
Abstrak ilmiah harus memaparkan tentang: (1) tujuan utama dalam lingkup penelitian, (2) bahan dan metode yang digunakan, (3) memberikan ringkasan hasil, (4) kesimpulan mendasar. Selain itu, ada lima hal penting dalam abstrak yaitu: (1) latar belakang, (2) tujuan, (3) metode, (4) hasil dan (5) kesimpulan. Karakteristik abstrak yang baik yang dipaparkan oleh Dalman (2008) meliputi:
a.       Akurat, abstrak harus mereflesikan tujuan dan isi tulisan, informasi yang keliru dapat atau tidak penting jangan dimasukkan dalam tulisan.
b.      Utuh
c.       Ringkas dan spesifik, abstrak sebaiknya tidak lebih dari 1000 karakter atau 120 kata meskipun ini tergantung media yang memuat tulisan tersebut.
d.      Jangan menilai, tuliskan apa yang ingin ditulis jangan menilai atau mengomentari apa yang ada alam tulisan.
Demikianlah beberapa ulasan mengenai penulisan abstrak yang baik. Bagi seorang penulis pengetahuan akan hal ini sangatlah dibutuhkan, karena dapat memberikan kualitas tulisan yang sesuai dengan aturan yang berlaku selama ini serta dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak diharapkan
2)      Menulis rangkuman
Dalman (2008) memaparkan pengertian rangkuman yaitu hasil dari membaca yang diringkas dan diambil inti sari bacaannya. Atau dengan kata lain rangkuman merupakan  suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi sutau uraian yang lebih singkat dengan perbandingan yang propisonal antara yang dirangkum dengan rangkumannya Manfaat  dan tuujuan menulis rangkuman adalah peningkatan  kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, penumbuhan keberanian, dan mengumpulkan informasi. Adapun ciri rangkuman adalah ringkas, jelas dan padat.
3)      Menulis ringkasan
Dalman (2008) menyatakan “ringkasan merupakan penyajian singkat dari suau karangan”. Atau istilah lain ringkasan yaitu sebagai suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Ikhtisar adalah sinonim lain dari ringkasan disamping istilah lain seperti abstrak, sinopsis dan parafhrase. Keempat sinonim tersebut mempunyai kedekatan makna, tetapi biasanya dengan konotasi dan konteks pemaikan yang khusus dan berbeda.
Ciri-ciri ringkasan yang baik salah satunya yaitu memendekkan suatu bacaan, bentuknya lebih pendek atau ringkas, struktur wacananya tetap tidak berubah, dan terdapat intisari bacaan. Tujuan meringkas adalah untuk memahami sebuah bacaan atau buku.
4)      Menulis resensi
Resensi boleh dikatakan menilai sebuah buku. Buku itu dikatakan baik atau tidak tergantung pada penilai. Pengertian resensi secara estimologi berasal dari bahasa Latin, recensere yang artinya melihat kembali, menimbang atau menilai. Resensi dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam  bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Resensi dapat diartikan suatu tulisan atau ulasan menegani hasil karya atau sebuah buku. Jadi resensi adalah mebuat sebuah buku baik itu keunngulan maupun kelemahannya.
Dalman (2008) menyampaikan tujuan menulis resensi ada empat yaitu:
1.      Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
2.      Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problem  yang muncul dalam sebuah buku.
3.      Memberikan pertimbangan pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyrakat atau tidak.
4.      Menjawab pertanyaan yang timbul jika seorang melihat buku seperti siapa pengarangnya.
Berdasarkan isi sajiannya resensi digolongkan menjadi tiga yaitu: resensi informative, resensi evaluative serta resensi informative dan evaluative. Adapun langkah-langkah  dalam membuat resensi yaitu:
1.      Pengenalan atau penjajakan terhadap buku yang ingin diresensi.
2.      Membaca buku secara cermat, komprehensif dan teliti.
3.      Menandai buku-buku yang diperhatikan secara khusus dan menetukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4.      Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang diresensi.
5.      Menentukan sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot ide, aspek bahasanya dan aspek teknisnya.
5)      Menulis surat 
Salah satu ketrampilan dasar menulis adalah membuat surat, bahkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD hingga jenjang SMA menulis surat sudah masuk dalam kompetensi dasar. Pada zaman dahulu orang akan menyampaikan  berita dengan menggunakan surat, namun perkembangan zaman surat dari kertas mulai ditinggalkan dan digantikan surat elektronik. Surat sebagai alat komunikasi.
Berdasarkan jenisnya surat terbagi menjadi dua yaitu surat resmi dan tak resmi. Bagian–bagian surat yang baik meliputi:
1.      Kepala surat
2.      Nomor surat (surat resmi)
3.      Tanggal, bulan dan tahun
4.      Lampiran
5.      Hal atau perihal
6.      Alamat surat
7.      Salam pembuka
8.      Isi surat
9.      Salam penutup
10.  Jabatan penulis surat
11.  Tanda tangan
12.  Nama terang
13.  Tembusan
14.  Inisial
Sedangkan karakteristik surat yang baik meliputi beberapa hal yakni:
1.      Surat disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar.
2.      Isi surat harus dinyatakan secara ringkas, jelas dan eksplisit.
3.      Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baku.
C.    Tes Kemampuan Menulis
Menulis adalah kemampuan produktif. Aktivitas menulis merupakan bentuk manifestasi bahasa paling akhir setelah mendengarkan, berbicara dan membaca. Dibanding tiga ketrampilan lainnya ketrampilan menulis dianggap paling sulit dikuasai. Nurgiyantoro (2009) menyatakan “jika dalam berbicara orang menguasai lambang bunyi, maka dalam menlis harus menghapal lambang atau simbol visual dan aturan tata tulis khususnya yang menyangkut ejaan”. Berikut merupakan bentuk-bentuk tes kemampuan menulis.
1.      Menulis sebagai Tugas Pragmatis
Pragmatis adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Makna bahasa itu dimengerti bila diketahui konteksnya. Ada beberapa tugas menulis yang dapat dikategorikan sebagi bentuk prgmatis. Bentuk-bentuk tes mungkin berupa mengenal kesalahan, melengkapi kalimat, atau membetulkan kalimat.
2.      Bentuk-bentuk Tugas Kemampuan Menulis
Jika dilihat menulis sebagai kemapuan produtif maka kemampuan bahasa dianggap mewakilinya. Adapun tugas kemampuan menulis antara lain:

a)      Tugas menyusun alinea
Tugas ini diberikan kepada siswa dengan cara mengurutkan menjadi kalimat yang padu yang sebelumnya kalimat tersebut diacak atau tidak urut.
b)      Menulis berdasarkan rangsang gambar
Tes kemampuan ini dilakukan dengan memberikan bentuk gambar atau memperlihatkan sebuah tontonan yang kemudian siswa menjelaskan gambar atau tontonan tersebut dalam sebuah kalimat. Atau biasanya siswa akan membuat sebuah karangan dari gambar yang diberikan.
c)      Menulis berdasarkan rangsang suara
Bentuk suara yang diberikan ini dapat berupa suara langsung maupun mendengarkan suara dari tape yang berupa percakapan, diskusi, ceamah dan sebagainya. Pemberian tes ini disesuaikan dengan masalah yang dibicarakan, siswa disuruh membuat rangkuman atau menjawab pertanyaan yang ada dalam suara aatu rekaman tadi, atau siswa mengisi kalimat rumpang.
d)     Menulis dengan rangsang buku
Dalam kajian ini biasanya kemampuan tes menulis menggunakan buku terbagi menjadi dua buku fiksi maupun non fiksi. Buku fiksi kemampuan yang biasa dilakukan adalah ceritakan kembali buku tersebut. Atau buat ringkasan tentang novel yang kamu baca. Jika buku non fiksi biasanya membuat resensi tentang buku tersebut atau dengan kata lain membuat synopsis dari buku tersebut.
e)      Menulis laporan
Menulis dapat mengungkapkan dan melatih kemampuan siswa. Kemampuan siswa dapat dikembangkan dengan member penugasan yaitu berupa laporan. Laporan ini dapat berupa laporan pengamatan atapun laporan kunjungan. Laporan ini sangat baik untuk memacu kratifitas dan kejelian siswa. Sehingga siswa akan antusias dan responsive terhadap tugasnya.
f)       Menulis surat
Tes kemampuan yang diberikan dari sekolah dasar hinnga SMA adalah kemampuan menulis surat baik surat pribadi maupun surat dinas.
3.      Tingkat Tes Kemampuan Menulis
Dalam tes menulis ada tingkat-tingkatan yang harus dilalui seperti:
a)      Tes kemampuan menulis tingkat ingatan, tes ini bertujuan untuk mengetes kemampuan ingatan siswa.
b)      Tes menulis tingkat pemahaman, tes ini dilakukan untuk menguji pemahaman siswa tentang materi dan menuliskan kembali dengan bahasanya.
c)      Tes kemampuan menulis tingkat penerapan, kemapuan ini melatih siswa untuk membuat karya tulis. Kemampuan ini disesuiakan dengan tingkatannya. Seperti membuat surat, membuat laporan baakan membuat karya tulis.
d)     Tes kemapuan tingkat analisis, yaitu kemampuan tes yang paling tinggi diberikan kepada siswa. Dengan tugas ini siswa ankan menganalisa, mensintesi dan mengevaluasi sebuah tulisan atau sebuah buku. Sehingga harapannya siswa berfikir tinggi untuk dapat menyelesaikannya. Sehingga memacu kognitif siswa.
4.      Kendala dalam menulis
Dalam menulis ada juga kendala yang sering dihadapi baik itu secara umum maupun secara khusus. Diawali dengan kendala yang bersifat umum adalah :
a)      Kekurangan materi
Dalam menulis biasanya materi yang dibutuhkan sangat beragam. Sehingga seorang penulis yang akan menulis bisanya sudah mempunyai modal yang akan digunakan dalam menuangkan ide dan gagasannya dalam senuah tulisan, apabila seorang penulis kekurangan bahan atau referensi  maka kemungkina penulis akan kesulitan dalam menjabarkan ide yang ada dalam sebuah tulisan. Banyak membaca merupakan salah satu cara untuk menambah revernsi yang ada.
b)      Kesulitan memulai dan mengakhiri
Kesulitan yang sering dialami yaitu  kebingunngan saat akan menulis sebuah tulisan meskipun referensi yang kita milki cukup untuk dasar menulis, namun memulai sebuah tulisan tidaklah mudah, kita harus fokus pada apa yang ingin kita tulis. Dan biasanya untuk memudahkan kita tentukan tema yang ingin kita tulis sebelum menulis buatkan sebuah kerangka karangan kemudian kita menjabarakannnya dalam sebuah tulisan. Setelah memulai menulis kita lakukan bagaimana cara untuk mengakhiri sebuah tulisan dapat dilakukan apabila tujuan tulisan kita sudah jelas.
c)      Kesulitan strukturisasi dan isi
Zainurrahman (2013: 56) menyatakan “yang dimaksud strukturisasi adalah proses penyusunan kalimat yang sistematis, paragraf yang berhubungan, serta divisi-divisi pembahasan yang berlabel sub-sub topik yang tersusun rapi sehingga pembaca mudah mengikuti alur dan pembahasan dalam tulisan. Sedangkan yang dimasud penyelarasan isi adalah penyelarasan antar kalimat dengan ide yang ingin disampaikan, susunan paragaraf yang saling menjelaskan  serta susunan divisi pembahasan yang sesuai dengan tujuan penulis. Pada intinya jika ingin struktur dan isi jelas harus dilakukan dengan strukturisasi. Kemudian untuk melakukan strukturisasi gramatikal, perhatikan diksi atau pilihan kata yang digunakan. Intinya kreativitas penulis menyampaikan makna atau ide adalah kunci dari strukturisasi.
d)     Kesulitan memilih topik
Kesulitan dalam memilih topik tidak hanya dialami saat kita akan menulis sebuah tulisan namun bisa terjadi saat kita akan mengakhiri sebuah tulisan. Penggantian topik terjadi akibat pergeseran bahasan yang kita kembangkan  sehingga topik berubah. Untuk menagatasinya biasanya penulis akan menganti judul ketimbang harus melakukan revisi pada tulisan. Apabila yang kia revisi sudah terlalu jauh dan mendalam disamping itu jauh lebih berat.
Sedangkan kendala secara khusus, dinyatakan oleh  Zainurrohman (2013) yaitu:
a)      Kehilangan mood saat menulis seperti sibuk, kekurangan ide fluktuasi psikoloagis.
b)      Writer’s blok (WB), kesulitan ini sering dialami banyak orang baik pemula maupun professional kendala ini disebut umum karena dialami setiap orang, dianggap kendala khusus karena alasan yang berbeda-beda. Saat WB menyerang seolah-olah kita kehilangan mood kita untuk menulis atau kehilangan ide sama sekali. Penyebab WB adalah stagnasi ide atau labilitas psikologi, stagnasi ide apabila penulis mengalami jalan buntu saat menulis karena kehabisan kata-kata ataupun ide. Sementara labilitas psikologi dipengaruhi labilitas penulis mengalami kelabilan sehingga penulis tidak dapat mengakses ide sama sekali.
Demikianlah beberapa kendala dalam menulis. Diharapkan dengan mengetahui kendala-kendala ini, dapat meminimalisir kendala-kendala tersebut.
D.    Pengembangan Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Permulaan
1.      Pelaksanaan Pembelajaran Menulis di Kelas Satu
Pembelajaran menulis di kelas satu masih mengenalkan tulisan dengan huruf kecil. Mengajarkannya secara sistematis dimulai dari huruf/ tulisan yang mudah diucapkan sampai yang sukar. Pembelajaran menulis di kelas satu dapat dilakukan melalui beberapa langkah. Berikut merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh guru dalam memberikan pembelajaran dikelas satu.
a)      Pengenalan huruf
Melalui pengenalan ini, siswa disuruh memperhatikan benar-benar bentuk tulisan dan pelafalanya, baik tulisan cetak huruf lepas maupun tegak bersambung. Pengenalan tulisan yang dimaksud ditekankan pada huruf yang baru dikenal oleh siswa. Oleh karena itu, pembelajaran menulis permulaan berkaitan erat sejajar kaitannya dengan pelajaran membaca.
Fungsi pengenalan adalah untuk melatih indra siswa dalam mengenal suatu bentuk tulisan. Dalam proses pengenalan huruf ini, guru mengarahkan siswa untuk mengenali bentuk huruf yang sudah ditetapkan Depdiknas.
b)     Latihan
Latihan dapat dilakssiswaan dari yang mudah sampai yang sukar. Latihan tersebut dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut:
1)      Latihan memegang pensil dan sikap duduk.
2)      Latihan menggerakkan tangan dengan benar.
c)      Mengeblat
Mengeblat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain (1) memakai karbon, (2) memakai kertas tipis, (3) menebalkan tulisan, dan (4) menghubungkan titik-titik.
d)     Menatap
Menatap maksudnya mengadakan koordinasi antara mata, ingatan, dan ujung jari (ketika menulis), sehingga ingatan yang berupa bentuk kata/ huruf dipindahkan dari dari otak ke ujung jari. Dengan demikian, pelajaran menatap merupakan latihan menulis yang biasanya dilakukan dengan cara mengamati objek agar siswa dapat membahasakan objek tersebut. Sebagai stimulus/ rangsangan, guru dapat menggunakan objek, misalnya gambar kata dan gambar kalimat atau objek asli.
e)      Menyalin
Menyalin merupakan kegiatan menulis dengan cara meniru tulisan yang terdapat dalam buku pelajaran atau tulisan guru di papan tulis. Kegiatan ini biasanya dimulai dari ingkatan kata, kalimat sampai pada wacana.
f)       Menulis Indah
Menulis indah/ halus pada dasarnya juga menyalin. Menyalin suatu kalimat atau huruf dengan memperhatikan bentuk, ukuran, dan tebal tipisnya tulisan secara baik, benar, dan rapi. Ukuran suatu tulisan dapat dilihat dari perbandingan dengan pertolongan suatu garis. Dengan demikian, menulis indah bertujuan agar siswa dapat menulis dengan tepat, terbaca, dan rapi.
g)      Dikte/ imla
Dikte dimaksudkan untuk memantapkan siswa dalam menuliskan huruf yang baru diajarkan dalam kaitannya dengan kata atau kalimat. Kegiatannya dilakukan dengan memperdengarkan kata, kalimat, atau wacana kepada siswa untuk kemudian meminta mereka menuliskan kembali apa yang telah mereka dengar.
h)     Melengkapi
Ada beberapa langkah dalam pembelajaran menulis yang dilakukan melalui kegiatan melengkapi. Cara-cara tersebut dari yang paling mudah sampai sukar. Melengkapi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Melengkapi dengan huruf.
2)      Melengkapi dengan suku kata.
3)      Melengkapi dengan kata.
4)      Melengkapi dengan cara mengsi titik-titik dengan kata-kata yang sesuai sehingga menjadi kalimat yang benar.
i)        Menulis Nama
Menulis nama merupakan tugas yang diberikan kepada siswa untuk menuliskan nama-nama benda, orang, hewan, jalan dan sebagainya yang terdapat di lingkungan sekitar mereka atau yang terdapat dalam gambar.
j)       Mengarang Sederhana
Latihan mengarang sederhana cukup dimulai dari tiga sampai lima baris kalimat. Hal yang dipentingkan adalah siswa dapat menuliskan buah pikirannya. Dapat mengorganisasikan antara ingatan, pengalaman, dan tulisan.
2.      Pelaksanaan Pembelajaran Menulis di Kelas Dua dan Tiga
Pelaksanaan pembelajaran menulis di kelas dua pada dasarnya sama dengan di kelas satu. Namun, karena bahan pembelajaran di kelas dua berbeda dengan kelas satu dan tingkat kesulitannya pun relatif tinggi, ada beberapa cara atau langkah yang perlu diperhatikan. Cara-cara tersebut antara lain sebagai berikut:
a)      Pengenalan
Pada taraf pengenalan ini, guru hendaknya memperhatikan benar-benar tulisan yang hendak dikenalkan kepada siswa, terutama huruf yang belum pernah dikenalkan.
b)     Menyalin
Pembelajaran menyalin di kelas dua dapat dilakukan dengan alternatif berikut:
1)      Menjiplak (menyalin tulisan di papan tulis ke dalam buku latihan sesuai dengan bunyi bacantersebut).
2)      Menyalin dari tulisan cetak (lepas) ke tulisan sambung atau sebaliknya.
3)      Menyalin dari huruf kecil menjadi huruf besar pada huruf pertama kata awal kalimat.
4)      Menyalin dengan cara melengkapi, yakni dengan cara: melengkapi dengan tanda baca dan melengkapi dengan kata.
c)      Menulis Halus atau Indah
Perbedaan pembelajaran menulis halus di kelas satu dengan di kelas dua hanyalah terletak pada bahan yang diajarkan. Dalam pelaksanaannya pembelajaran menulis indah/ halus yang harus diperhatikan adalah bentuk, ukuran, tebal tipis tulisan, dan kerapian.
d)     Dikte/ Imla
Pebelajaran dikte dimaksudkan untuk memantapkan siswa dalm menuliskan kalimat yang pada huruf awal katanya menggunakan huruf besar. Selain itu, penggunaan tanda baca atau pengunaan diftong dalam kata atau kalimat juga dikenalkan dan dilatihkan melalui kegiatan dikte/ imla.
e)      Menulis nama
Sebagaimana pembelajaran menulis di kelas satu, para siswa diberi tugas untuk menulis nama benda, nama orang, nama jalan, desa, kota, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Perbedaannya kalau di kelas satu masih menggunakan huruf kecil, maka di kelas dua siswa sudah menggunakan huruf besar pada huruf pertama kata awal kalimat. Latihan ini merupakan latihan dasar mengarang.
f)       Mengarang sederhana
Pembelajaran mengarang di kelas dua diberikan dalam bentuk mengarang sederhana cukup lima sampai sepuluh baris. Dalam mengarang ini digunakan rangsangan visual berupa gambar atau hal lainnya. Selanjutnya, siswa diminta menyusun cerita sesuai dengan rangsangan visual tersebut. Selain dengan rangsangan visual, dapat juga dengan meminta siswa menuliskan pengalamannya sendiri, cerita dari bangun tidur sampai akan berangkat ke Sekolah atau dalam perjalanan menuju Sekolah dan sebagainya. Dalam mengarang sederhana di kelas dua kerapian, ketepatan ejaan, dan isi karangan ditekankan kepada siswa untuk diperhatikan.
E.     Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Lanjut
Menulis lanjut diberikan kepada siswa mulai kelas 4 sampai kelas 6 di Sekolah Dasar, atau sering disebut dengan istilah kelas tinggi. Pembelajaran menulis lanjut berisikan kegiatan-kegiatan berbahasa tulis yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya dan bidang pekerjaan pada khususya. Pembelajaran menulis lanjut di SD menekankan pelatihan penulisan berbagai bentuk tulisan, misalnya surat, puisi, pidato, naskah drama, laporan, naskah berita, pengumuman, iklan, cara menulis ringkasan, dan mengisi formulir dan sebagainya. Adapun materi pembelajaran menulis lanjut untuk kelas tinggi dapat dilihat pencapaiannya sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
Pembelajaran menulis di kelas tinggi berdasarkan kompetensi-kompetensi dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik. Berikut merupakan teknik yang dapat dilakukan:
1.      Kegiatan Menulis Berdasarkan Rangsangan Visual
Berdasarkan rangsangan visual kegiatan menulis dapat dilakukan dengan cara menyajikan gambar atau film yang membentuk rangkaian cerita dan siswa diminta untuk membuat karangan berdasarkan gambar atau film yang telah diperlihatkan dan ditonton siswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Diliana, dkk (2012: 1) yang menyatakan bahwa “penggunaan media visual dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran”. Dengan demikian, media visual memiliki peran yang krusial dalam pembelajaran terutama kegiatan menulis.
2.      Kegiatan Menulis Berdasarkan Rangsangan Suara
Bentuk kegiatan menulis dapat dilakukan dengan cara menyajikan suara yang dapat berbentuk dialog, ceramah, diskusi atau tanya jawab, baik yang berupa rekaman suara maupun secara langsung langsung. Misalnya, siswa disuruh membuat karangan berdasarkan rekaman yang telah didengarkan.
3.      Kegiatan Menulis dengan Rangsangan Buku
Kegiatan menulis dapat dilakukan dengan cara menyajikan teks bacaan, kemudian siswa diminta untuk membuat karangan berdasarkan teks yang telah dibacanya. Bentuk tugas yang harus dikerjakan siswa dapat berupa membuat ringkasan/ rangkuman/ sinopsis, membuat resensi, atau membuat kritik.
4.      Kegiatan Menulis Laporan
Bentuk kegiatan menulis laporan dapat dilakukan dengan cara meminta siswa untuk membuat laporan kegiatan yang pernah dilakukan seperti melakukan kegiatan wawancara, mengikuti khotbah jum’at, mengikuti seminar/ diskusi, mengikuti wisata, kegiatan perkemahan, atau kegiatan penelitian sederhana yang telah dilakukan.
5.      Kegiatan Menulis Surat
Kegiatan menulis surat dapat dilakukan dengan cara siswa diminta untuk menulis sebuah surat (surat resmi yang dapat berupa surat lamaran kerja, surat undangan rapat, atau surat pribadi yang dapat berupa surat kepada orang tua atau kepada teman.
6.      Menulis Berdasarkan Tema Tertentu
Kegiatan menulis yang didasarkan pada tema tertentu dilakukan dengan cara menyajikan sebuah atau beberapa topik kemudian siswa diminta untuk membuat suatu karangan berdasarkan topik yang telah ditentukan.


7.      Menulis Karangan Bebas
Menulis karangan bebas dilaksanakan dengan cara meminta siswa untuk membuat karangan dengan tema dan sifat karangan yang ditentukan sendiri oleh siswa.
F.     Perkembangan Tulisan Siswa Sekolah Dasar
Pembelajaran menulis di SD diharapkan dapat membekali siswa dengan kemampuan menulis yang baik. Pelaksanaan pembelajaran menulis di SD terutama di kelas satu dan dua tidak dapat dipisahkan dari membaca permulaan, walaupun membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif. Tak jarang dalam kegiatan menulis banyak siswa yang mengalami kesulitan.
Muslich (2009: 87) menyatakan kesulitan siswa diantaranya “disebabkan oleh kurangnya guru dalam memberikan latihan menulis yang dikaitkan dengan realitas sekitar siswa. Hal itu penting untuk mengembangkan pengetahauan siswa tentang dunia dan pengalaman baru”. Maka sehubungan dengan hal tersebut, diharapkan guru sensitif dengan topik-topik yang dekar dengan dunia realitas siswa. Agar dunia pendidikan semakin maju, berdasarkan penelitian Supriyadi (2012: 46) menyarakan sebagai “praktisi pendidikan berupaya bersama-sama meningkatkan kemauan, kemampuan, dan kreativitas kita untuk selalu mencoba hal-hal positif dan bermanfaat, baik yang berasal dari informasi hasil penelitian atau teori para ahli yang sudah terbukti demi peningkatan kualitas pembelajaran di dunia pendidikan kita”. Dunia pendidikan negara Indonesia akan maju jika pelaku utama pendidikan bekerja secara profesional dan berniat dengan sungguh-sungguh untuk menciptakan dan memajukan dunia pendidikan yang lebih baik untuk kedepannya.
Karena kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi siswa harus berlatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakkan tangan dangan memperhatikan apa yang harus ditulis (digambarkan). Siswa harus dilatih mengamati lambang bunyi tersebut, memahami setiap huruf sebagai lambang bunyi tertentu sampai dapat menuliskanya sampai benar.
Agar bermakna, proses belajar menulis permulaan dapat dilakssiswaan setelah siswa mampu mengenal huruf-huruf yang diajarkan. Pembelajaran menulis di SD dibagi menjadi dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjutan. Berbicara tentang pembelajaran menulis permulaan di SD, tidak terlepas dari perkembangan tulisan siswa-siswa sebelum mereka memasuki jenjang di kelas satu sekolah dasar.
Siswa yang belajar mencoret-coret di atas kertas dalam usia tiga setengah tahun bisa dikatakan sudah mulai belajar menulis. Hanya saja hasil tulisan yang telah ditulis itu belum bermakna, tetapi bagi siswa dalam usia tersebut sudah bermakna. Menulis merupakan ketrampilan yang sangat kompleks bagi seorang siswa. Menulis akan beranalogi dengan proses berpikir, pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan dan strategi-strategi yang harus menyertainya.
Perkembangan kemampuan menulis terbentuk sejalan dengan ketrampilan membaca. Pada usia 2 atau 3 tahun seorang siswa sudah memiliki “specific ideas (gagasan khusus) untuk bahasa tulis dan bagaimana mengoperasionalkan hal itu melalui membaca dan menulis. Melihat kenyataan itu maka “membaca dan menulis” harus dikembangkan sejak dini dan bersamaan. Tentu bukanlah hal yang mudah bagi seorang guru untuk mengajarkannya. Oleh karena itu, ketrampilan menulis hendaknya dibina dan dikembangkan secara berkesinambungan setiap harinya.
Ditingkat SD sebaiknya dalam setiap hari itu sebaiknya disediakan minimal satu jam pelajaran (35 menit) untuk menulis. Dengan kata lain, guru harus menyediakan waktu untuk kegiatan “menulis” bagi para siswanya secara berkesinambungan setiap harinya. Seorang siswa akan mengembangkan kemampuan “menulis” sesuai dengan keragaman pengalaman dan teknik-teknik menulisnya sendiri. Oleh karena itu, guru harus mampu secara konstan menilai perkembangan kemampuan siswa yang ada hubungannya dengan perkembangan kemampuan menulis.
Pada mulanya tulisan siswa berkembang melalui beberapa cara, ada yang secara berkesinambungan, berurutan, ada yang membosankan, ada pula yang benar-benar luar biasa. Jadi, berkaitan dengan sebuah tulisan tidak hanya bagaimana penulis menyampaikan sebuah gagasan tentang subyek yang dipilihnya, tetapi tulisan itu harus mampu mengoperasikan pemaparan, bisa dibaca, dan menggunakan ejaan yang tepat dan kaidah-kaidah gramatikal yang benar. Jadi, penulis melalui hasil tulisannya, harus mempertimbangkan pembaca atau audiens yang akan membaca tulisannya. Dengan demikian, dalam rangka membina kemampuan menulis siswa, guru harusnya menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengajari siswa dapat berpartisipasi aktif dan mengembangkan beragam teknik menulis menurut cara mereka, serta upaya-upaya penugasan yang dapat merangsang siswa aktif menulis sehingga siswa mendapat kesemapatan latihan menulis. Pada akhirnya, siswa memiliki ketrampilan menulis sebagai salah satu kiat berbahasa dan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa ragam tulis. Secara tidak langsung siswa dibina pula penggunaan kebahasaannya untuk menaati kaidah-kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Misalnya, penggunaan ejaan, tanda baca, serta kaidah-kaidah gramatika.
Sejalan dengan perkembangan tulisan siswa, berikut ini akan dibahas perkembangan tulisan dimulai dari kelas rendah hingga kelas tinggi di Sekolah Dasar.
1.      Perkembangan Tulisan Siswa Kelas Rendah
Perkembangan tulisan siswa setelah masuk di kelas satu dan dua SD banyak bergantung pada kreativitas guru. Oleh karena itu, guru diharapkan membekali dirinya dengan kemampuan menulis. Guru pun dituntut memiliki kemampuan memilih metode yang sesuai sehingga dapat merangsang kreativitas siswa. Beberapa guru berpendapat menulis adalah ketrampilan yang tidak diajarkan di TK.
Calkins (2006: 76) menyatakan bahwa “siswa berpengetahuan awal tentang tulisan. Mereka memiliki kecenderungan melihat mereka sendiri sebagai penulis. Dalam hal ini, mereka dengan cepat mempelajari konvensi bahasa tulis. Dengan demikian, hendaknya guru TK dan guru kelas satu hendaknya menciptakan situasi menulis yang menarik. Misalnya dengan menyiapkan kertas dan amplop untuk menulis surat atau kertas indeks untuk menempelkan objek-objek di ruangan. Siswa kelas satu ingin menulis, menulis, dan menulis lagi.
Kegiatan menulis tampaknya mengalir dari hasil yang tanpa kualitas dan setelah draft pertama ditulis, beberapa siswa cemas untuk memulai lagi. Dalam masa menulis biasanya bagi pemula menulis tiga atau empat baris. Siswa kelas satu mempunyai keinginan untuk menuliskan idenya pada lembaran kertas dan mengeluarkan pendapatnya yang masih ada dipikirannya. Untuk penulis kelas satu, menyiapkan tulisan merupakan hal yang sangat terbatas sampai siswa mengetahui bahwa lembar yang telah ditulisnya dapat dibaca dengan mudah olehnya.
Oleh karena itu, kesempatan yang penting untuk seoramg siswa ketika menghapus atau mencoret tulisan pada kertas untuk pertama kali. Siswa kelas satu sekarang sudah mengenal lembaran sebuah draft yang memerlukan pengolahan untuk memperbaiki bacaan dan akhirnya dapat dianggap sebagai penulis..
Guru dapat membedakan dan mengevaluasi perubahan tulisan yang berlangsung selama tahun pertama dengan mendata contoh-contoh pekerjaan siswa dan menyimpanya. Guru hendaknya duduk dekat dengan siswa secara individu mendiskusikan dan merefleksikan pada pertumbuhan dan kemajuan siswa. Di kelas dua menulis dapat dibedakan. Beberapa siswa melanjutkan menulis dengan meyakinkan dan antusias seperti yang dikerjakan di kelas satu, menghasilkan lembaran cerita yang menjelaskan tentang kehidupan mereka. Bagi sebagian siswa, menulis merupakan aktivitas yang tidak menarik. Satu kata yang salah ejaanya dapat menyebabkan siswa akan melemparkan kertas itu sebelum mencoba menulis lagi. Bahkan tanda salah yang kecil pun dapat menyebabkan siswa membuang kertas dan memulai lagi.
Ketika siswa meninggalkan dunia egosentris pada tahap operasi konkret, siswa mulai mengetahui bahwa beberapa benda dapat diterima sedang lainya tidak. Siswa kelas satu jarang mengkhawatirkan tulisannya, sebab mereka memberikan semua perhatian untuk menikmati aktivitas menulis dan bukanya mencari reaksi pembaca. Bagi siswa kelas dua sebaliknya pengesahan dan penerimaan sangatlah penting. Suatu contoh, jika guru memuji cerita Maria tentang keranya, siswa yang lain mungkin memilih cerita yang mirip tentang binatang dengan harapan guru akan memuji harapan mereka. Sehingga pengakuan terhadap dirinya mulai terlihat di kelas dua.
Ketika siswa kelas dua menulis tentang kejadian, mereka ingin memasukan segalanya seperti pada karangan yang objektif pada suatu peristiwa. Setiap aspek peristiwa yang penting atau tidak hendaknya diberikan perhatian yang yang sama dan sedikit memberikan interpretasi. Siswa pada usia ini sering membuat cerita naratif dalam suatu kejadian yang terjadi dari waktu mereka bangun tidur di pagi hari sampai tidur di malam hari.
2.      Perkembangan Tulisan Siswa Kelas Timggi
Pada usia kelas tinggi seorang siswa telah memasuki tahap integrasi. Siswa telah dapat mempertimbangkan seluruh aspek yang melingkupinya. Tan (2011: 56) menyatakan bahwa “siswa telah dapat mengaplikasikan konteks komunikatif dalam mengarang seperti bentuk, gaya, pembaca, dan tujan penulisan”. Secara lebih rinci dan sistematis Farris (2003: 202) menunjukkan profil kemampuan siswa SD dalam mengarang berdasarkan proses dan kegiatan menulisnya. Siswa kelas tinggi SD pada proses menulisnya, yakni dalam tahapan pra menulis sudah mampu (1) memfokuskan gagasannya pada satu topik tertentu, (2) berpikir abstrak dengan tidak lagi memerlukan hadirnya contoh konkret, dan (3) menganjukan pertanyaaan pada dirinya sendiri. Dengan demikian, pada tahap penulisan siswa telah mampu (1) menuangkan gagasannya dalam bentuk draf secara berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang, bentuk, dan suasana, (2) menunjukkan kesadaran adanya pembaca, (3) mengwali cerita dari berbagai bagian, misalnya dari bagian tengah, (4) menunjukkn rasa simpati, (5) menumbuhkan kesadaran terhadap pemenuhan elemen tulisan yang baik, dan (6) menulis, membaca, serta menyunting tulisannya sendiri. Pada tahap perbaikan siswa SD kelas tinggi sudah mampu (1) melakukan peyuntingan terhadap tulisannya sendiri, (2) mengaplikasikan aspek mekanikal tulisan atau karangan, dan (3) mempertimbangkan calon pembacanya.
3.      Fungsi dan Tulisan Siswa
Pada bagian awal telah dikemukakan bahwa sejak usia 2 atau 3 tahun seorang siswa sudah memiliki “specific ideas” untuk ragam “bahasa tulis” dan bagaimana mengoperasionalkan hal itu, melalaui membaca dan menulis. Berdasarkan pernyataan di atas, ada beberapa hal yang dapat kita pertimbangkan untuk melihat fungsi dan bentuk tulisan siswa, diantaranya: kemampuan “menulis” tidak diturunkan secara biologis kemampuan “menulis” terbentuk sejalan dengan “kemampuan membaca kemampuan “menulis” dapat dibina dan dikembangkan sejak usia dini, dan juga kemampuan membaca dirinya. kemampuan “menulis” lahir setelah kemampuan menyimak dan membaca. Perkembangan tulisan siswa itu beranjak secara “spiral” sejalan dengan perkembangan mentalnya. Dari “nonrepresentasional” sampai pada “representasional”, dari “pramelek aksara” hingga “fasih beraksara”, dari “menggambar aksara” hingga melahirkan tulisan.
Tulisan adalah sosok akhir dari aktivitas seseorang berkiat menulis. Kiat menulis dapat dianalogikan dengan proses perpaduan antara kognitif, pengetahuan, ketrampilan, strategi, dan bahasa. Aktivitas merangkai paparan tentang sesuatu kedalam suatu bentuk tulisan agar dapat dipahami oleh orang lain pada seorang siswa berkembang “sejak siswa” menguasai kemampuan menyimak dan berbicara.
Kemampuan menerima simakan dan menuturulangkan hasil simakan merupakan bagian dari perkembagan kemampuan menulis atau sebagai titik spiral/ perkembangan tulisan siswa. Kita menyadari bahwa tulisan siswa (merangkaikan paparan suatu ide untuk disampaikan pada orang lain) sudah dimulai sebelum mereka mampu menuliskannya (menggunakan aksara), berdasarkan hasil simakan yang kemudian direkonstruksikan dengan versinya sendiri. Dengan bentuk suatu pola yang paling disukainya, maka biasanya pemaparan dimulai dari apa yang paling menarik dari dirinya, orang lain (lawan tutur), topik, dan baru pada tujuannya. Jadi, jika kita berniat hendak mengenali suatu tulisan siswa. Baik itu ”fungsi maupun bentuk” maka kita harus mampu mengenali:

a)      Siapa diri siswa
Maksudnya pada umumnya siswa pada tahap-tahap awal, mengembangakan kemampuan menulis, selalu ingin dekat bahkan tidak ingin dipisahkan dari apa yang sedang dikisahkan dalam tulisannya.
b)      Audiensi
Siswa pada tahap awal ini sangat tinggi tingkat ketergantungan pada orang dewasa yang ada di sekitarnya. Demikian tingkat kecemasan/ rasa ingin tahu mereka dilakukan dengan mengenali siapa orang-orang yang berada paling dekat dengan siswa. Hal itu akan sangat mempengaruhi tahap perkembangannya.
c)      Topik
Hal-hal yang sedang “in” pada saat itu bagi siswa-siswa.
d)     Tujuan
Apakah dalam tulisannya itu siswa hanya sekedar menyampaikan sesuatu, menguraikan sesuatu, atau mengekspresikan sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengklasifikasikan “fungsi dan bentuk tulisan siswa”. Ada lima bentuk dasar cara siswa menuangkan gagasan atau pesannya ke dalam sebuah karangan tulisan, yaitu bentuk ekspresi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan narasi Adapun dalam menyampaikan gagasan atau pesan kepada para pembacanya, dikenal tiga cara, yaitu: 1) mengekspresikan, 2) bertransaksional, dan 3) berpuisi.
4.      Perkembangan Tulisan Siswa Berdasarkan Tahapan Proses Menulis
Siswa SD yang telah berada di kelas 3 sampai kelas 6 tentu saja dipandang sudah melewati masa menulis permulaan dan sudah meguasai ketrampilan membaca dan menulis permulaan. Sejalan dengan hal di atas, maka diprediksikan tulisan siswa sudah dapat memasuki tahap menulis lanjut. Tulisan yang dihasilkan oleh siswa sudah mampu menyampaikan pesan pada suatu khalayak pembacanya.
Perkembangan tulisan siswa ini akan dibedakan memjadi dua kelompok, yakni kelas 3, dan kelas 4, 5, dan kelas 6. Adapun dasar pengelompokan kami gunakan proses menulis yang terdiri dari tiga tahap, yakni: (1) Pra-menulis, (2) menulis, dan (3) kaji ulang tulisan. Farris (2003: 87) mengidentifikasi perkembangan tulisan siswa kelas 3 SD berdasarkan tiga tahapan yaitu:
a)      Tahap pramenulis
Siswa akan membicarakan atau mendiskusikan ide atau gagasan yang akan ditulisnya dengan orang lain, atau teman-temannya. Ide atau gagasan yang disampaikan lebih terfokus pada pemecahan masalah. Terfokus pada suatau jalan pikiran
b)     Tahap menulis
1.      Memilih hal-hal atau topik-topik yang paling berkesan pada dirinya sendiri.
2.      Pemaparan secara sekuensial.
3.      Belum memiliki refleksi/ nalar.
c)      Tahap kaji ulang tulisan
1.      Belum mampu melakukan koreksi secara sendiri.
2.      Takut akan membuat atau melakukan koreksi sendiri.
Sementara itu, untuk siswa kelas tinggi, perkembangan tulisan siswa adalah sebagai berikut:
a)      Tahap pramenulis
1.      Telah mampu memfokuskan pada suatu topik dengan berbagai pandangan.
2.      Mampu berpikir pada hal-hal yang abstrak, istilah-istilah, dan contoh yang tidak hadir/ dihadirkan.
3.      Mampu bertanya pada dirinya sendiri
b)     Tahap menulis
1.      Menuliskan masalah, ide, gagasan atau pesan dari berbagai sudut pandang, cara atau mood.
2.      Sudah mampu mempertimbangkan khalayak pembacanya.
3.      Mampu mengwali penceritaan dari berbagai bagian tulisan.
4.      Mampu menunjukan rasa empati.
5.      Mampu mempertimbangkan bagian-bagian untuk tulisan yang baik.
6.      Mampu membaca, menulis, dan mengedit tulisan.
Demikianlah beberapa ulasan mengenai perkembangan tulisan siswa berdasarkan tahapan proses menulis. Yang tentu jika diterapkan dalam pembelajaran dengan benar, maka akan menghasilkan suatu nilai positif dalam kehidupan siswa. Karena menulis merupakan tahapan lanjutan dari kegiatan membaca. Dengan menulis, siswa diharapkan mampu menuangkan ide-ide kreatif.
Sehubungan dengan hal tersebut, ketrampilan proses merupakan ketranpilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu ketrampilan.



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar. Karena menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan, maka dalam pembelajaran perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak Sekolah Dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di Sekolah Dasar perlu mendapat perhatian yang optimal. Sehingga para siswa diharapkan mampu mengenal huruf dan menuliskannya, serta mampu menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan gagasan dalam berbagai bentuk tulisan.

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi tulisan, pembahasan dan lain sebagainya. Maka kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya mendukung, penulis sangat mengharapkannya. Karena hal ini akan bermanfaat bagi kesempurnaan penulisan tugas penulisan makalah selanjutnya.









DAFTAR PUSTAKA



Abdulrahman, dkk. 2000. Pendidikan Anak Bermasalah. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Akhadiah, Sabarti., dkk. 2008. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Akhadiah, Sabarti. 2009. Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Calkins, Lucy M. 2006. The Art of Teaching Writing. Diterjemahkan oleh Heinemann. Jakarta: Dikti (Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan).
Dalman. 2008. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Diliana, dkk. 2012. Penggunaan Media Visual  dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi  pada Siswa Kelas V A SDN Kalijoso Secang Magelang  Tahun Ajaran 2012/2013. Sekolah Dasar, 23 (2), Hlm: 1-5. Tersedia di garuda dikti.go.id. Diunduh Tanggal 25 April 2017.
Farris, J.Pamela. 2003. Language Arts: A Process Approach. Diterjemahkan oleh Brown. Jakarta: Dikti (Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan).
Hadiyanto. 2001. Membudayakan Kebiasaan Menulis. Jakarta: Fikahati Aneska.
Muslich, M. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kom-petensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Suparno. 2005. Konsep Keterampilan Menulis. Yogyakarta: Kanisius.
Supriyadi. 2012. Strategi Learning Community untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Wacana Deskriptif Siswa SD. Ilmu Pendidikan, 18 (1), Hlm: 36-47. Tersedia di garuda dikti.go.id. Diunduh Tanggal 25 April 2017.
Tan, Sarah. 2001. Developing Language in The Primary Classroom. Diterjemahkan Heinemann. Jakarta: Dikti (Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan).
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
------------------------------. 2008. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wahyudi, Agus Budi. 2011. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Solo: Qinant.
Zainurrahman. 2013. Menulis dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme). Bandung: Alfabeta.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar